Rabu, 20 November 2013

NAMA PASKIBRA SMK NEGERI 7 MATARAM




Pengurus Satuan
Paskibra Mataram
SMK NEGERI 7 MATARAM
Jl.TGH.Lopan Dasan Cermen Kota Matarm Telp. (0370) 647578
Email: smkn7mataram@yahoo.co.id
DATA
  SENIOR SMK NEGERI 7 MATARAM
PERIODE 2013/2014
NO
NAMA LENGKAP
NAMA PANGGILAN
    JABATAN
JENIS KELAMIN
1
LUKMAN SAPRIADI ADI KETUA
LAKI-LAKI
2
SAMSUL RIZAL RIZAL KORLAP LAKI-LAKI
3
HERYANTO ABDULLOH HERY HUMAS LAKI-LAKI
4
JUMADIL AKHIR JUMADIL HUMAS LAKI-LAKI
5
FATIMATULZAHRA ZAHRA KORLAP
PEREMPUAN
6
MAHARANI RANI SEKETARIS
PEREMPUAN
7
HALIMATUL ZAHRA IMA BENDAHARA
PEREMPUAN
8
NURHAYATI YATI HUMAS
PEREMPUAN
CATATAN             :
JUMLAH              : 8
LAKI-LAKI           :4
PEREMPUAN       :4

Jumat, 25 Oktober 2013

NAMA CAPAS SMK NEGERI 7 MATARAM



Pengurus Satuan
Paskibra Mataram
SMK NEGERI 7 MATARAM
Jl.TGH.Lopan Dasan Cermen Kota Matarm Telp. (0370) 647578
Email: smkn7mataram@yahoo.co.id

DATA
CAPAS SMK NEGERI 7 MATARAM
PERIODE 2013/2014
NO
NAMA LENGKAP
NAMA PANGGILAN
NAMA SINGKATAN
JENIS KELAMIN
1
DODI SETIAWAN
DODI
DODI S.
LAKI-LAKI
2
ECA MADE DWI L.
ECA
ECAK MADE DL. PEREMPUAN
3
FIFI ASTRIA AGUSTIN
FIFI
FIFI ASTRIA A.
PEREMPUAN
4
NISWATUN HIDAYAH
ANIS
NISWATUL H.
PEREMPUAN
5
NURUL HIKMAH
NURUL
NURUL H.
PEREMPUAN
6
PAUZIAH
PAUZIAH
PZIAH
PEREMPUAN
7
RITA FEBRIANTI
RITA
RITA F.
PEREMPUAN
8
SIRTU FILAELI
ELI
SIRTU F.
PEREMPUAN


CATATAN             :
JUMLAH              : 8
LAKI-LAKI           : 1
PEREMPUAN       : 7

Rabu, 23 Oktober 2013

paskibra



Sejarah Paskibra

13453830_1
Paskibraka berdiri pada tahun 1976, namanya adalah Pasukan Pengerek Bendera Pusaka pendirinya adalah Pak Husein Mutahar. Kemudian pada tahun 1976, pasukan Pengerek Bendera Pusaka dirubah menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Yang menggantinya Pak Idit Sulaeman.
Pada tahun 1968, pasukannya diambil dari anggota Militer bukan dari pelajar. dan diambil dari daerah-daerah tertentu saja, misalnya Jakarta. Pada tahun 1970, angotanya diambil dari beberapa propinsi di indonesia dan diambil dari anggota Pramuka, pemilihan Pemuda Teladan dan Pelajar Teladan.
Bendera Pusaka Pertama kali dikibarkan di jl.Pegangsaan Timur no.56 Jakarta, Pengibarnya Bapak Latief Hendraningrat. Dan yang pertama kali menjahit bendera pusaka adalah Ibu Fatmawati.
Lambang Paskibra

Lambang Paskibra adalah bunga teratai yang dikelilingi oleh rantai yg berbentuk lingkaran dan belah ketupat masing-masing 16 buah. Bunga teratai tumbuhnya dari atas kebawah, artinya paskibra tumbuh dari masyarakat kalangan bawah dari negara yang sedang berkembang.
Korps Paskibra
Korps Paskibra berbentuk prisai, yang berarti bela negara atau perjuangan dan perlindungan bangsa Indonesia. Yang didalamnya terdapat:
  • 2 orang putra putri yang memakai pakaian PDU yang berarti Paskibra itu terdiri dari putra dan putri
  • Bendera sedang berkibar, yang berarti angota paskibra itu mempunyai sikap yang lemah lembut
  • 3 buah awan, yang berarti Paskibra itu terdiri dari 3 tingkatan yaitu Tingkat Kotamadya, Tingkat Propinsi dan Tingkat Nasional






Pada tahun 1973 Bapak Idik Sulaeman menciptakan lambang anggota, yang dimilikisampai sekarang.Sebelumnya PASKIBRAKA tidak memiliki lambang anggota yang dapat dibanggakan.Lambang ini dikenakan pada kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putihyang diletakkan pada segi empat berwarna hijau.Semula pada kelopak bahu seragam PASKIBRAKA dikenakan tanda ciri pemuda danpramuka (jangan lupa Ditjen UDAKA-lah pembentuk pertama dari PASKIBRAKA ini), yangdiberi lambang “Bintang Segi Lima Besar” untuk ciri pemuda dan “Cikal Kelapa Kembar” untuk ciri pramuka.Kedua ciri ini mendapat kritikan negatif dari beberapa pihak yang tidak senang ataskeberhasilan PASKIBRAKA.“Bintang POLISI kok masih dipakai”.“Lambang Pramuka tidak benar digunakan tanpa mengenakan seragam Pramuka!”. Itumendorong diciptakannya lambang anggota, agar sekaligus dapat menggantikan lambang cirianggota PASKIBRAKA.Lambang anggota PASKIBRAKA adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dandikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat.Mata rantai bulat berjumlah 16 dan mata rantai belah ketupat juga berjumlah 16. Lambang berupabunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas air, hal ini bermaknabahwa anggota PASKIBRAKA adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa) dari tanahair yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Bunga teratai berdaun bunga 3 helaitumbuh ke atas dan 3 helai tumbuh mendatar. 3 helai pertama bermakna: belajar, bekerja danberbakti, 3 helai lain bermakna: aktif, disiplin dan gembira.Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasimuda Indonesia yang ada diberbagai pelosok penjuru (16 penjuru mata angin) tanah air. Rantaipersaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk  jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkalbentuk pengaruh dari luar dan memperkuat pertahanan nasional, melalui jiwa dan semangatpersatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota PASKIBRAKA.
Bab IILambang Korps PASKIBRAKA
Untuk mempersatukan korps, untuk PASKIBRAKA nasional, propinsi dankabupaten/kotamadya ditandai oleh lambang korps yang sama, dengan tambahan tanda lokasiterbentuknya pasukan.Lambang korps yang lama sebelum tahun 1973 berupa lencana berupa perisai dari bahanlogam kuningan dengan gambar yang sangat sederhana. Di tengah bulatan terdapat benderamerah putih dan di luar lingkungan terpampang tulisan “Pasukan Pengerek Bendera Pusaka”.


Makna Lambang dan Atribut PASKIBRAKAPurna Paskibraka IndonesiaKota Makassar
Page 2 of 3
Lambang korps PASKIBRAKA sejak tahun 1973, dengan perisai berwarna hitam dengangaris pinggir dan huruf berwarna kuning bertuliskan PASUKAN PENGIBAR BENDERAPUSAKA dan TAHUN …. (di ujung bawah perisai), berisi gambar (dalam bulatan putih)sepasang anggota PASKIBRAKA dilatar belakangi oleh bendera merah putih yang berkibarditiup angin dan tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar:1)

Bentuk perisai bermakna “Siap bela negara” termasuk bangsa dan tanah air Indonesia,warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.2)

Sepasang anggota PASKIBRAKA bermakna PASKIBRAKA terdiri dari anggota putradan putri yang dengan keteguhan hati bertekad untuk mengabdi dan berkarya bagipembangunan Indonesia.3)

Bendera merah putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utamaIndonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasimudanya, termasuk PASKIBRAKA.4)

Garis horison atau awan 3 garis menunjukkan PASKIBRAKA di 3 tingkat: nasional,propinsi dan kabupaten/kotamadya.5)

Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiapanggota PASKIBRAKA.
Bab IIITanda Pengukuhan

Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis(sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda/Kepemudaan Tingkat lain) setiappeserta dikukuhkan oleh penanggung jawab Latihan dengan pengucapan Ikrar Putra Indonesiasambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik nafas panjangsebagai kiasan kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya.Tanda pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk yang dililitkan ke pinggang dandisimpul matikan di bagian depan (perut). Kendit adalah tanda ksatria pada jaman dahulu yangmengikrarkan kesetiannya pada kerajaan.Kini kepada para peserta eks peserta latihan pun sebagai pemegang kendit diharapkanmemiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan perbuatannya sehari-hari.Kendit dibuat dari kain. Pada saat latihan Pandu Ibu Indonesia ber Pancasila dan pasukanI s/d IV warna kendit masih polos dua warna: hijau untuk anggota pasukan dan ungu untuk penatar/pembina.Karena kendit warna polos meyerupai sabuk kecakapan olah raga bela diri, maka olehBapak Idik Sulaeman disempurnakan menjadi kendit bermotif. Motif tersebut berupa gambarrantai 17 mata rantai bulat dan 17 mata rantai belah ketupat, semua mata rantai berisi huruf yangmembentuk kalimat PANDU IBU INDONESIA BER PANCASILA.Semua ukuran panjang dan lebar kendit adalah 5 cm dan 17 dm, melambangkan angkatanggal 17 dan 5 sila, tetapi karena kesulitan teknik printingnya berubah menjadi 5 dan 140 cm.Untuk lencana pengukuhan harian digunakan lencaa merah putih dan garuda, merah putihdi sebelah kanan dan garuda di kiri dengan warna dasar dari garuda sesuai jenis latihannya.Warna dasar dari garuda sama dengan warna dasar kenditnya.


Makna Lambang dan Atribut PASKIBRAKAPurna Paskibraka IndonesiaKota Makassar
Page 3 of 3
Warna hijau untuk Latihan PERINTIS pemudaWarna merah untuk Latihan PEMUKA pemudaWarna kuning untuk Latihan PENDAMPING pemudaWarna ungu untuk Latiha PENATAR KepemudaanWarna abu-abu untuk Latihan PENAYA KepemudaanLencana pengukuhan dikenakan pada baju setinggi dada sebelah kiri (di atas saku kiribaju). Baik pada seragam maupun pada baju biasa sehari-hari. Semula lencana ini hanya merahputih.Kendit pengukuhan hanya dikenakan saat menghadiri upacara pengukuhan, dan tidak dikenakan sehari-hari.

SEJARAH PASKIBRAKA

Sejarah paskibraka merupakan salah satu bagian sejarah yang mungkin tak semua orang mengetahui. Paskibraka yang memiliki tugas utama mengibarkan bendera Pusaka pada upacara detik-detik Proklamasi 17 Agustus ternyata memiliki sejarah panjang dalam pembentukannya, mengiringi perjalanan panjang bendera pusaka asli (yang di jahit tangan oleh ibu fatmawati) hingga ketika bendera pusaka asli tidak lagi dikibarkan dan diganti dengan duplikat pusaka.
Paskibraka pada awal pembentukannya bernama Pasukan Pengerek Bendera Pusaka yang untuk kemudian di ganti dengan nama Paskibraka yang di panjangkan dengan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. bagaimana Sejarah Paskibraka. latar belakang hingga terbentuknya, mari bersama kita ulas bersama-sama.

1. Bendera Pusaka dan Usaha Penyelamatannya.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi di jalan Pegangsaan timur 56 Jakarta. Setelah pernyataan Kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya secara resmi bendera kebangsaan merah putih dikibarkan dan dipimpin oleh Bapak Latief Hendraningrat. dan di bantu oleh Suhud dari barisan pelopor. Bendera ini dijahit tangan oleh ibu Fatmawati Soekarno dan bendera ini pula yang kemudian disebut “Bendera Pusaka”.
Bendera Pusaka berkibar siang malam ditengah hujan tembakan sampai ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.
Pada tanggal 4 Januari 1946 karena ada aksi terror yang dilakukan Belanda semakin meningkat, maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dengan menggunakan kereta api meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta.
Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.

Tanggal 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresinya yang kedua. Pada saat Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. Penyelamatan Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakkan berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia. Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka itu, terpaksa Bapak Hussein Mutahar harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Untuk mengetahui saat-saat penyelamatan Bendera Pusaka, maka terjadi percakapan yang merupakan perjanjian pribadi antara Presiden Soekarno dan Bapak Hussein Mutahar yang terdapat dalam Buku Bung Karno “Penyambung Lidah rakyat Indonesia” karya Cindy Adams:
“Tindakanku yang terakhir adalah memanggil Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno, Pen).” Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu,” kataku ringkas. Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apapun juga, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu. Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Disatu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andaikata engkau gugur dalam menyelamatkan Bendera ini, percayakan tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkan ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya. Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya dan berdoa. Disekeliling kami bom berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir melalui setiap jalanan kota. Tanggung jawabnya sungguh berat. Akhirnya ia memecahkan kesulitan ini dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua belahan dari bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan antara Bendera Pusaka yang telah dijahit tangan Ibu Fatmawati Soekarno berhasil dipisahkan. Setelah Bendera Pusaka dipisahkan menjadi dua maka masing-masing bagian yaitu merah dan putih dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Hussein Mutahar, selanjutnya pada kedua tas tersebut dimasukkan seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya. Bendera Pusaka ini dipisah menjadi dua karena Bapak Hussein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa apabila
Bendera Pusaka ini dipisah maka tidak dapat disebut bendera, karena hanya berupa dua carik kain merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta ditangkap dan diasingkan, Kemudian Bapak Hussein Mutahar dan beberapa staf Keprisidenan juga ditangkap dan diangkut dengan pesawat dakota. Ternyata mereka di bawa ke Semarang dan di tahan di sana. Pada saat menjadi tahanan kota, Bapak Hussein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.
Di Jakarta beliau menginap di rumah Bapak R. Said Soekanto Tjokroaminoto (Kapolri I). Beliau selalu mencari informasi bagaimana caranya agar ia dapat segera menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juli 1948, pada pagi hari Bapak Hussein Mutahar menerima pemberitahuan dari Bapak Sudjono yang tinggal di Oranje Boulevard (sekarang Jl. Diponegoro) Jakarta, isi pemberitahuan itu adalah bahwa surat pribadi dari Presiden Soekarno yang ditujukan kepada Bapak Hussein Mutahar. Pada sore harinya surat itu diambil beliau dan ternyata benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi yang isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Hussein Mutahar supaya menyerahkan Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Sudjono, selanjutnya agar Bendera Pusaka tersebut dapat dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno di Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Hussein Mutahar datang ke Bangka untuk menyerahkan sendiri Bendera Pusaka langsung kepada beliau (Presiden Soekarno), tetapi menjadi kerahasiaan perjalanan Bendera Bangka.
Sebab orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta yang tidak diperbolehkan mengunjungi ketempat pengasingan Presiden pada waktu itu hanyalah warga-warga Delegasi Republik Indonesia, antara lain : Bapak Sudjono, sedangkan bapak Hussein Mutahar bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Sudjono ke Bangka, maka dengan meminjam mesin jahit milik seorang istri dokter. Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua dijahit kembali oleh Bapak Hussein Mutahar persis lubang bekas jahitan aslinya. Tetapi sekitar 2 cm dari ujung bendera ada kesalahan jahit. Selanjutnya Bendera Pusaka ini dibungkus dengan kertas koran dan diserahkan kepada Presiden Soekarno.
Sebagai penghargaan atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh Bapak Hussein Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan Bintang Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan oleh Presiden Soekarno.

2. Pengibaran Bendera Merah Putih di Gedung Agung Yogyakarta
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke II, Presiden Soekarno memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu Bapak Mayor (L) Hussein Mutahar dan memberi tugas untuk mempersiapkan dan memimpin ucapara peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1946 di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Ketika sedang berpikir keras menyu-sun acara demi acara, seberkas ilham berkelebat di benak Mutahar. Persatuan dan kesatuan bangsa, wajib tetap dilestarikan kepada generasi penerus yang akan menggantikan para pemimpin saat itu. "Simbol-simbol apa yang bisa digunakan?" pikirnya.
Pilihannya lalu jatuh pada pengibaran bendera pusaka. Mutahar berpikir, pengibaran lambang negara itu sebaiknya dilakukan oleh para pemuda Indonesia. Secepatnya, ia menunjuk lima pemuda yang terdiri dari tiga putri dan dua putra. Lima orang itu, dalam pemikiran Mutahar, adalah simbol Pancasila.
Salah seorang pengibar bendera pusaka 17 Agustus 1946 itu adalah Titik Dewi Atmono Suryo, pelajar SMA asal Sumatera Barat yang saat itu sedang menuntut ilmu dan tinggal di Yogyakarta. Sampai peringatan HUT Kemerdekaan ke-4 pada 17 Agustus 1948, pengibaran oleh lima pemuda dari berbagai daerah yang ada di Yogyakarta itu tetap dilaksanakan.

Pada tanggal 6 juni 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta beserta beberapa pemimpin Republik Indonesia lainnya, tiba kembali ke Yogyakarta dari Bangka, dengan membawa serta Bendera Pusaka. Pada tanggal 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali dikibarkan pada upacara peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia didepan Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Tanggal 27 Desember 1949 Presiden Soekarno dilakukan penandatangan naskah pengakuan kedaulatan di negeri Belanda dan menyerahkan kekuasaan di Jakarta.sedang di Yogyakarta dilakukan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat.
Tanggal 28 Desember 1949 Presiden Soekarno kembali ke Jakarta untuk memangku jabaan sebagai Presiden Republilk Indonesia Serikat.
Setelah empat tahun di tinggalkan, Jakarta kembali menjadi ibukota Republik Indonesia. Pada hari itu Bendera Pusaka Sang Merah Putih juga di bawa ke Jakarta.
Untuk pertama kalinya hari proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus1950 diselenggarakan di Istana Merdeka Jakarta.
Bendera Pusaka Merah Putih berkibar dengan megahnya di tiang tujuh belas dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa indonesia.
Regu-regu pengibar dari tahun 1956 – 1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan.

3. Bedirinya Direktorat Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka ( DITJEN UDAKA ) dan Diadakan Latihan Pandu Indonesia ber-Pancasila.
Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka sejak ibukota negara dipindahkan dari Yogyakarta. Upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan diadakan di Istana Merdeka Jakarta sejak 1950 sampai 1966. Ia pun seakan hilang bersama impiannya. Na-mun, ia mendapat "kado ulang tahun ke-49" pada tanggal 5 Agustus 1966, ketika ditunjuk menjadi Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka (Dirjen Udaka) di Departemen Pendidikan & Kebudayaan (P&K). Saat itulah, ia kembali teringat pada gagasannya tahun 1946.

Setelah berpindah-pindah tempat ker-ja dari Stadion Utama Senayan ke eks gedung Departemen PTIP di Jalan Pe-gangsaan Barat, Ditjen Udaka akhirnya menempati gedung eks Departemen Te-naga Kerja dan Transmigrasi (Naker-trans) Jalan Merdeka Timur 14 Jakarta. Tepatnya, di depan Stasiun Kereta Api Gambir.

Dari sana, Mutahar dan jajaran Udaka kemudian mewujudkan cikal bakal latihan kepemudaan yang kemudian diberi nama "Latihan Pandu Ibu Indonesia BerPancasila". Latihan itu sempat diujicoba dua kali, tahun 1966 dan 1967. Kurikulum ujicoba "Pasukan Penggerek Bendera Pusaka" dimasukkan dalam latihan itu pada tahun 1967 dengan peserta dari Pramuka Penegak dari beberapa gugus depan yang ada di DKI Jakarta.

Latihan itu mempunyai kekhasan, teru-tama pada metode pendidikan dan pelatihannya yang menggunakan pen-dekatan sistem "Keluarga Bahagia" dan diterapkan secara nyata dalam konsep "Desa Bahagia". Di desa itu, para peserta latihan (warga desa) diajak berperan serta dalam menghayati kehidupan sehari-hari yang menggambarkan peng-hayatan dan pengamalan Pancasila.

Saat Ditjen Udaka difusikan dengan Ditjen Depora menjadi Ditjen Olahraga dan Pemuda, lalu berubah lagi menjadi Ditjen Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga (Diklusepora), salah satu direktorat di bawahnya adalah Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM). Direktorat inilah yang kemudian meneruskan latihan dengan lembaga penyelenggara diberi nama "Gladian Sentra Nasional".


4. Pecobaan Pembentukan Pengerek Bendera Pusaka tahun 1967 dan Pasukan Pertama tahun 1968

Tahun 1967, Husain Mutahar kembali dipanggil Presiden Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah pengibaran bendera pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti ia bisa melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda dari seluruh Indonesia.

Mutahar lalu menyusun ulang dan mengembangkan formasi pengibaran dengan membagi pasukan menjadi tiga kelompok, yakni Kelompok 17 (Pengiring/ Pemandu), Kelompok 8 (Pembawa/Inti) dan Kelompok 45 (Pengawal). Formasi ini merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Republik Indonesia 17 Agustus 1945 (17-8-45).

Mutahar berpikir keras dan mencoba mensimulasikan keberadaan pemuda utusan daerah dalam gagasannya, karena dihadapkan pada kenyataan saat itu bahwa belum mungkin untuk mendatangkan mereka ke Jakarta. Akhirnya diperoleh jalan keluar dengan melibatkan putra-putri daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka.

Semula, Mutahar berencana untuk mengisi personil kelompok 45 (Pengawal) dengan para taruna Akademi Ang-katan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) sebagai wakil generasi muda ABRI. Tapi sayang, waktu liburan perkuliahan yang tidak tepat dan masalah transportasi dari Magelang ke Jakarta menjadi kendala, sehingga sulit terwujud.

Usul lain untuk menggunakan anggota Pasukan Khusus ABRI seperti RPKAD (sekarang Kopassus), PGT (sekarang Paskhas), Marinir dan Brimob, juga tidak mudah dalam koordinasinya. Akhirnya, diambil jalan yang paling mudah yaitu dengan merekrut anggota Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres), atau sekarang Paspampres, yang bisa segera dikerahkan, apalagi sehari-hari mereka memang bertugas di lingkungan Istana.

Pada tanggal 17 Agustus 1968, apa yang tersirat dalam benak Husain Mutahar akhirnya menjadi kenyataan. Setelah tahun sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun 1968 dida-tangkanlah pada pemuda utusan daerah dari seluruh Indonesia untuk mengibar-kan bendera pusaka.

Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan "Pasukan Penggerek Bendera". Pada tahun 1973, Drs Idik Sulaeman yang menjabat Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan di Departemen Pendidikan dan Kebu-dayaan (P&K) dan membantu Husain Mutahar dalam pembinaan latihan me-lontarkan suatu gagasan baru tentang nama pasukan pengibar bendera pusaka.

Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Tetapi propinsi – propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusan, sehingga masih harus ditambah oleh ex-anggota pasukan tahun 1967.

Tahun 1969 karena Bendera Pusaka kondisinya sudah terlalu tua sehingga tidak mungkin lagi untuk dikibarkan, maka dibuatlah duplikat Bendera Pusaka. Untuk di kibarkan di tiang 17 meter Istana Merdeka, telah tersedia bendera merah putih dari bahan bendera ( wool ) yang dijahit 3 potong memanjang kain merah dan 3 potong memanjang kain putih kekuning-kuningan.
Bendera Merah Putih duplikat Bendera Pusaka yang akan dibagikan ke daerah idealnya terbuat dari sutera alam dan alat tenun asli Indonesia, yang warna merah dan putih langsung ditenun menjadi satu tanpa di hubungkan dengan jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia.
Pembuatan duplikat Bendera Pusaka ini dilaksanakan oleh badan Penelitian Tekstil Bandung dengan dibantu oleh PT. Ratna di Ciawi Bogor. Dalam praktek pembuatan duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk memenuhi syarat yang ditentukan Bapak Hussein Mutahar, karena cat asli Indonesia tidak memiliki warna merah bendera standar dan pembuatan dengan alat tenun bukan mesin akan lama.
Tanggal 5 Agustus 1969 di istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi naskah Proklamasi oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur/ Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Hal ini dapat dimaksudkan agar diseluruh Ibukota Propinsi/daerah Tingkat I dapat dikibarkan duplikat Bendera Pusaka dan diadakan pembacaan Naskah Proklamasi 17 Agustus di Istana Merdeka Jakarta. Selanjutnya duplikat Bendera Pusaka dan reprroduksi Naskah Proklamasi diserahkan kepada daerah tingkat II/kabupaten dan perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
Bendera duplikat (yang dibuat dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan hari UlangTahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1969 di Istana
Merdeka Jakarta, sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibarkan/diturunkan.
Pada tahun itu secara resmi anggota PASKIBRAKA adalah para remaja SMTA se-tanah air Indonesia. Setiap propinsi diwakili sepasang remaja.
Dari tahun 1967 sampai tahun 1972 anggota yang terlibat masih dinamakan sebagai anggota “Pengerek Bendera”.
Pada tahun 1973 Bapak Inik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA, PAS dari kata PASUKAN, KIB berasal dari kata KIBAR mengandung pengertian PENGIBAR, RA berasal dari kata BENDERA dan KA berarti PUSAKA. Mulai saat itu singkatan anggota pasukan Pengibar Bendera Pusaka adalah PASKIBRAKA.

Demikian sekilas sejarah paskibraka, untuk pembahasan tentang bendera Pusaka lebih lanjut akan dibahas dalam posting terpisah.
Diberdayakan oleh Blogger.

paskibra SMKN 7 MATARAM

paskibra SMKN 7 MATARAM
PENGIBARAN 17 AGUSTUS 2013

Translate

 

Blogger news

Blogroll

About